Terkini

Sejarah Patung Bogani di Kotamobagu

×

Sejarah Patung Bogani di Kotamobagu

Sebarkan artikel ini
Sejarah Patung Bogani Kotamobagu

SATUBMR,SEJARAH – Patung Bogani berdiri gagah di Simpang Tiga Kelurahan Kotabangon, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu Sulawesi Utara, merupakan salah satu simbol kebudayaan rakyat Bolaang Mongodow.

Perancang sekaligus pembuat patung Bogani sebenarnya adalah Alexander Bastian Wetik.

Alexander Lahir di Tomohon, 27 Oktober 1927 dan wafat 17 Mei 1985.

Siapa Alexander Wetik? Menurut anak dari Almarhum Alexander bernama Grace Maria Editha Wetik, ayahnya merupakan seniman Sulawesi Utara waktu itu.

Grace mengatakan, almarhum ayahnya yang mendesain dan membuat patung Bogani di Kotamobagu pada tahun 1974.

“Jika ada yang mengklaim patung Bogani buatan mereka, mungkin mereka keliru dan tidak tahu asal usul pembuatannya,” ujar Grace.

Alexander adalah Dosen Seni Rupa di Universitas Negeri Manado yang dulunya masih IKIP Manado.

Kata Grace, patung yang merupakan karya ayahnya seperti Patung Robert Wolter Monginsidi di Sario, Patung Pingkan dan Matindas di Gedung Kesenian Sulawesi Utara, Patung Setengah Badan Domeni AZR Wenas di halaman Rumah Sakit Bethesda Tomohon, Patung Sam Ratulangi di Wanea dan Patung Korengkeng dan Sarapung di Tondano.

Selain Grace,  mantan murid dari Alexander Bastian Wetik, bernama Arie Tulus yang sekarang merupakan Dosen Seni Rupa di Universitas Negeri Manado membenarkan bahwa patung Bogani merupakan karya dari Alexander Bastian Wetik.

Almarhum Alexander menurut Arie merupakan pelopor jurusan Seni di IKIP Manado.

Pada tahun 1974, masa pemerintahan HV Worang sebagai Gubernur Sulut, beberapa seniman mendapat proyek pembuatan patung. Salah satunya Alexander membuat Patung Bogani dan beberapa patung di Sulut.

“Patung Bogani dibuat tahun 1974 oleh Alexander, dibantu oleh Amir Lahabu  pada waktu itu sebagai mahasiswa tingkat akhir di IKIP Manado. Banyak yang mengira patung Bogani adalah buatan pak Moko (Sebuatan Tawakal Mokodompit). Kemungkinan besar, saat pengerjaan patung, pak Moko sering ke lokasi sehingga dikaitkan dengan patung Bogani,” kata Arie.

“Setahu saya, salah satu karya almarhum pak Tawakal Mokodompit adalah Patung Batalyon Worang di Pasar 45 Manado. Pekerjaan patung tersebut juga dibantu oleh Amir Lahabu. Pak Tawakal dan pak Alexander adalah Dosen kami di IKIP Waktu itu, jadi kami tahu karya mereka” ujar Arie.

Arie menambahkan, sejarah harus diluruskan agar tidak terjadi simpang-siur.

“Ini perlu diluruskan terutama bagi pihak-pihak tertentu yang tidak tahu persis atau cuma mengira-ngira sejarahnya,” tukas Arie.

Berdasarkan informasi, Gubernur HV Worang dimasa pemerintahannya,  memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh daerah, dengan diabadikan melalui monumen tiga dimensi (Patung).

“Patung yang dibuat waktu itu seperti Bogani di Kotamobagu, Sarapung Korengkeng di Tondano, Imam Bonjol di Pineleng, Patung Opo Worang di Tomohon, Patung Lengkong Wuaya di Pertigaan Kairagi yang sudah hancur ditabrak truk beberapa tahun lalu,” kenang Arie Tulus yang saat ini aktif di bidang seni Sulawesi Utara.

———–

Editor: Supardi Bado