Jakarta – Masa Orde Baru, pers mendapat tekanan dari penguasa dalam beragam bentuk, mulai dari pencabutan izin terbit, sensor pemberitaan dalam bentuk telepon dari “tangan-tangan” penguasa agar sebuah berita tidak ditebitkan/ ditayangkan. Meski demikian sebagian media dan jurnalis yang tergerak menyampaikan informasi dan kebenaran kepada publik.
Karena itu memperingati 20 Tahun Reformasi, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyelenggarakan Pameran Foto Dokumentasi Reformasi 1998. Dalam sambutannya Sekjend AJI, Revolusi Reza mengatakan, salah satu pekerjaan rumah Indonesia masa reformasi adalah penegakan hukum. Ia menyoroti praktik impunitas yang masih berlangsung.
Polisi belum mampu menuntaskan kasus pembunuhan yang menimpa 11 jurnalis yang terjadi sejak tahun 1996. Selain itu banyak kasus kekerasan terhadap jurnalis yang telah dilaporkan ke aparat penegak hukum tidak ditangani serius. “Organisasi massa masih bebas membubarkan acara diskusi atau menggeruduk dan menekan ruang redaksi,” ujarnya.
“Kondisi ini membuat kebebasan pers di Indonesia di era 20 tahun reformasi masih memiliki problematika yang cukup besar,” ujar Sekjend AJI saat membuka pameran yang berlangsung di LBH Jakarta, Minggu (20/5) siang.
Karena itu, AJI menggelar pameran foto ini sekaligus untuk mengingatkan tujuan dari reformasi 20 tahun lalu. “Peringatan 20 Tahun Reformasi ini kita lakukan untuk melawan lupa karena masih banyak agenda reformasi yang belum tertuntaskan hingga hari ini,” ujarnya.
Foto-foto yang dipamerkan ini adalah karya Rully Kesuma. Saat peristiwa Reformasi 1998 terjadi Rully bekerja untuk Majalah D&R, salah satu majalah politik terkenal saat itu. Rully mengatakan tidak banyak foto peristiwa reformasi yang bisa diselamatkan. “Ada 40 foto reformasi yang bisa diselamatkan, 20 foto dipamerkan ini di antaranya,” ujarnya saat pembukaan.
Ia mengatakan foto peristiwa seputar kejadian di bulan Mei 1998 dari kerusahan, penjarahan di Jakarta, hingga pemakaman salah satu mahasiswa Universitas Trisakti yang tertembak aparat merupakan hasil scan ulang foto ukuran 3R. “Tidak ada lagi negatif filmnya, sehingga foto tampak pecah,” kata fotografer yang tidak lolos screening menjadi jurnalis foto di Istana Presiden karena menolak Dwi Fungsi ABRI ini.
Pameran foto ini akan berlangsung 20-22 Mei 2018 di LBH Jakarta, Jl. Diponegoro 74, Jakarta Pusat. Pameran dibuka setiap hari pukul 11.00 WIB. Pada 22 Mei, pameran foto akan akan ditutup dengan diskusi “20 Tahun Reformasi: Mengeja Peran Jurnalis” menghadirkan jurnalis Desi Anwar, Rully Kesuma dan Bina Bektiati. Mereka adalah jurnalis yang tetap idealis selama masa Orde Baru.
Tim satubmr.com
I do agree with all the ideas you have presented in your post. They are very convincing and will definitely work. Still, the posts are very short for newbies. Could you please extend them a bit from next time? Thanks for the post.