Bolmong

Tergiur Emas Busa Bakan, Guru ini Tinggalkan Profesinya

×

Tergiur Emas Busa Bakan, Guru ini Tinggalkan Profesinya

Sebarkan artikel ini
Roni Lamasi

SATUBMR,LOLAYAN – Lokasi tambang emas Busa, Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Bolaang Mongondow, menjadi magnet. Cerita dari mulut ke mulut Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) ini, membuat ratusan orang mendatangi lokasi. Bahkan, mereka yang berprofesi sebagai guru, rela meninggalkannya dan menjadi penambang.

Guru tersebut adalah Roni Lamasi (32), warga Desa Deaga, Pinolosian, Bolaang Mongondow Selatan. Saat bersua di Posko SAR Desa Bakan, Senin (4/3/2019), Roni menceritakan melepaskan profesi guru honorer di SDN Deaga karena emas.

Dia mengatakan, tahu informasi kandungan emas di lokasi Busa ini dari cerita orang. Karena penasaran dan ingin merubah kehidupan, Roni sejak dua bulan terakhir rutin mendatangi lokasi tersebut. “Saya rela tinggalkan profesi guru honorer. Gajinya kecil, sementara jika ke tambang Bakan, hasilnya luar biasa,” tukasnya.

Selama masuk di lokasi Busa, Roni pernah memperoleh uang 34 juta dari hasil menjual emas bersama rekan-rekannya. “Kami tim (kongsi), empat orang. Dari 84 koli batu rep kemudian diolah menjadi emas, kami memperoleh 136 juta bersih. Jumlah itu kami bagi berempat. Alhamdulillah,” ujarnya.

Selama dua bulan menambang di lokasi Busa, Roni setidaknya telah memperoleh uang sebesar 100 juta lebih. Bebatuan di lokasi tersebut menurutnya semuanya mengandung emas. Wajar jika ratusan orang tiap hari lalu-lalang mengambil material di sana.

“Orang yang masuk banyak, tidak ada koordinator. Masing-masing kongsi mengambil bagian sendiri. Bahkan, batu yang dijadikan tiang penyangga, ikut diambil batunya. Wajar tambang yang telah membentuk goa itu ambruk. Beruntung saat kejadian, kongsi kami belum masuk,” ucapnya penuh sukur.

Ditanya apakah akan kembali ke lokasi itu, Roni hanya tersenyum. “Nanti liat-liat situasi,” tutupnya.

Tambang Busa Bakan ini setidaknya telah menewaskan 11 orang dan 19 orang luka-luka. 20 orang dilaporkan hingga saat ini belum ditemukan saat tambang ini ambruk, 26 Februari lalu.

Editor: Supardi Bado