Sosok

Namanya Nepaya Penggu

×

Namanya Nepaya Penggu

Sebarkan artikel ini
Nepaya Penggu

SATUBMR,BOLMONG–  Nepaya Penggu (21), Mahasiswa Kuliah Kerja Terpadu (KKT) Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) Manado yang saat ini berada di Desa Abak, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow.

Nepaya Penggu berasal dari Desa Kimunuk, Kecamatan Telenggeme, Kabupaten Tolikara, Papua . Saat ini sudah semester 7 Jurusan Teknologi hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan.

Nepaya panggilan akrabnya, adalah satu-satunya mahasiswa di kampungnya yang saat ini sedang melanjutkan pendidikan perguruan tinggi. Di kampus, hanya Nepaya yang berasal dari Kimunuk.

Nepaya menceritakan, Desa Kimunuk salah satu desa yang letaknya jauh. Untuk menuju desa yang dihuni 300-an jiwa tersebut, Nepaya dari Jaya Pura harus naik pesawat ke Wamena dengan ongkos Rp1 juta. Dari Wamena, perjalanan dilanjutkan dengan naik mobil sekitar 6 jam, itupun terkadang harus turun membantu sang sopir mendorong mobil yang terperosok ke dalam lubang becek.

“Hanya sebagian jalan yang sudah ada pengerasan,”kata Nepaya dengan Logat khas Papua.

Tak hanya sampai di situ, setelah sampai di Ibu Kota Kecamatan, Nepaya harus jalan kaki menyusuri hutan belantara selama  satu hari.

“Dalam perjalanan, ada 5-6 kali istirahat dan dalam perjalan terkadang hujan lebat,” katanya.

Untuk menuju Kampung ataupun sebaliknya, Nepaya dan warga lainnya harus mempersiapkan bekal untuk dimakan di perjalan karena tidak ada warung.

“Jika dihitung dari Manado menuju Desa Kimunuk, bisa memakan biaya sekitar Rp10 juta. Sejak masuk kuliah hingga kini, Nepaya belum pernah pulang kampung.

Lanjut Nepaya, jika ingin berkomunikasi dengan keluarga, Dia harus menunggu telepon dari orang tuanya, karena untuk mendapat jaringan harus berjalan cukup jauh menuju puncak, itupun jaringannya tidak bagus.

Nepaya adalah Putra ke-5 dari 9 bersaudara. Dua orang kakak Nepaya rata-rata sudah mempunyai gelar Sarjana.

Rata-rata mata pencarian Penduduk Desa Kimunuk adalah bertani dan beternak. Jangankan listrik, jalan-pun belum masuk dikampungnya.

Ada beberapa cita-cita yang terbesit di benaknya Nepaya, salah satunya yakni menginginkan agar masyarakat dikampung bisa merasakan fasilitas, terutama jalan dan listrik. Menurutnya, jika jalan sudah terbuka, otomatis ekonomi masyarakat akan meningkat, misalnya hasil panen bisa dijual dalam jumlah besar. Saat ini Kata Nepaya, jika ingin menjual hasil panen berupa jagung, itu harus di pikul selama 1 hari untuk sampai di tempat penjualan.

Menurut Nepaya, pendidikan itu sangat penting, karena tidak hanya memberi kita pengetahuan akan tetapi mengajarkan kita pada sopan santun dan hal- hal yang benar. Pendidikan juga memupuk kita menjadi individu dewasa, individu yang mampu merencanakan masa depan dan mengambil keputusan yang tepat dalam hidup.

Nepaya Sangat berharap kepada Pemerintah khususnya pemerintah Papua agar kiranya dapat membantu biaya pendidikan, misalnya memberi beasiswa untuk meringankan beban orang tua.  Keluarga hanya bertani dengan pendapaan pas-pasan.

Jhay Yambat