SATUBMR, POLITIK – Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2019, ajang pembuktian bagi para politisi. Mereka yang memiliki strategi jitu-lah yang akan dipilih oleh rakyat. Masing-masing caleg memiliki kiat tersendiri merebut hati konstituen.
Renza Bambuena, Caleg pendatang baru di Kotamobagu Utara, mengaku memiliki strategi sendiri, apalagi di Dapil tersebut merupakan ‘Dapil Neraka’. Namun, Caleg PDIP ini optimis akan hasil yang akan diperoleh.
Menurut mantan Jurnalis ini, sejak penetapan DCT, Ia eksis silaturahmi mendatangi langsung warga (door to door). Memaksimalkan jejaring dan beberapa komunitas.
Soal strategi, ada banyak. Tapi yang dilakukan adalah banyak silaturahmi ke masyarakat dengan cara mendatangi langsung dari rumah ke rumah. Itu sudah berlangsung sejak penetapan DCT lalu. Kemudian jejaring beberapa komunitas ikut dimaksimalkan.
“Untuk bersaing dengan petahana, sebagai pendatang baru tentu ada beberapa strategi khusus. Tapi yang paling utama adalah memanfaatkan atau mengelola kelemahan mereka dari sisi kinerja sejak empat tahun lebih mereka di DPRD,”tukas Caleg urut lima Dapil Kotamobagu Utara dan Timur ini.
Menurut Renza, saat ini mayoritas petahana sedang disibukkan mengklarifikasi apa saja yang sudah mereka kerjakan selama di DPRD, dan kenapa janji-janji 2014 lalu banyak tidak terealisasi.
“Nah, itu yang saya dan tim kelola untuk menaikkan daya tawar kepada masyarakat. Soal optimis, tentu sangat optimis. Sebagai Caleg muda, saya sangat percaya diri. Apalagi saya rasa mampu dan layak untuk menjadi pekerja bagi rakyat dan penyambung lidah rakyat di parlemen,” tutup Renza.
Hal yang sama dikerjakan Gito Simbala, Caleg pendatang baru dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bermodal latar belakang aktifis-jurnalis, Gito bergerak membangun silaturahmi dengan warga di Dapil Kotamobagu Barat dan Utara.
Menurut Gito, metode yang Ia gunakan adalah metode advokasi dengan mendekatkan diri dengan rakyat. “Saya membuat kelompok diskusi. Dengan diskusi, kita akan tau apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh rakyat,” ujarnya.
Gito mengaku, mengandalkan link keluarga dari Kelurahan Matali dan Motoboi Besar. Dua daerah ini menurutnya memiliki pemilih terbesar. Dia optimis mendapat dukungan dari rakyat.
Sementara itu, Pengamat Politik Sulawesi Utara, DR Ferry Liando memberikan analisa keterpilihan di Pileg 2019. Menurutnya, Caleg incumbent yang akan terpilih kembali adalah mereka yang selama ini produktif.
Jika incumbent produktif, biasanya mendapatkan dua keuntungan electoral, yakni mendapat pengakuan konstituen dan mendapat pemberitaan dari media.
Pemberitaan media akan membantu citra diri incumbent dan secara otomatis akan berpengaruh pada elektabilitasnya. Namun tidak semua yang sering diberitakan media adalah anggota dewan yang produktif.
Sebagian besar anggota DPRD kebanyakan tidak dikenal publik karena tidak produktif. Sehingga jarang diberitakan.
Yang kurang produktif ini berpotensi tidak terpilih kembali karena tak memiliki kontribusi ketika sedang memegang jabatan.
“Biasanya, incumbent yang tidak produktif akan menggunakan banyak cara agar terpilih kembali. Seperti menggunakan kekuatan uang untuk menyogok pemilih atau memanfaatkan kerabat yang memiliki kekuasan birokrasi di tingkat lokal sebagai alat pengumpul suara. Incumbet yang tidak produktif, posisinya akan terancam oleh caleg pendatang baru,” kata Dosen di Universitas Sam Ratulangi ini.
Editor: Supardi