Reza Adeputra Tohis
(Presidium KAHMI Bolaang Mongondow)
Pendahuluan
Universitas tidak hanya menjadi tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memainkan peran penting dalam kritik dan kontrol sosial. Artikel ini akan membahas bagaimana universitas menjalankan fungsi tersebut melalui beberapa contoh nyata dalam sejarah.
Universitas sebagai Pengkritik Sosial
Sejak dulu, universitas menjadi pusat pemikiran kritis yang sering kali digunakan untuk mengkritik sistem sosial, politik, dan ekonomi yang dianggap tidak adil. Para dosen dan mahasiswa kerap menjadi pihak yang bersuara untuk memperjuangkan keadilan sosial dan melawan kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat. Contoh nyata dari peran ini terlihat di Amerika Serikat pada era 1960-an. Universitas Berkeley menjadi pusat perlawanan terhadap Perang Vietnam. Mahasiswa, serta dosen, berkumpul untuk memprotes keterlibatan Amerika dalam perang yang dianggap tidak adil. Universitas ini tidak hanya menjadi tempat diskusi, tetapi juga menjadi pusat aksi protes yang memicu gerakan serupa di seluruh Amerika (James, 2024).
Kritik sosial dari universitas juga muncul dalam isu-isu seperti ketidaksetaraan ekonomi, rasisme, dan kebijakan lingkungan yang buruk. Kritik ini tidak hanya muncul dalam bentuk argumen moral, tetapi sering kali didukung dengan penelitian berbasis data yang kuat, sehingga memiliki pengaruh besar terutama dalam wacana publik.
Gerakan Mahasiswa sebagai Penggerak Kritik Sosial
Mahasiswa sering menjadi pelopor perubahan sosial melalui kritik terhadap kebijakan dan kondisi sosial di sekitarnya. Salah satu contoh penting adalah gerakan mahasiswa di Indonesia pada tahun 1998, di mana mahasiswa dari berbagai universitas seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) memimpin aksi protes besar-besaran melawan pemerintahan otoriter Presiden Soeharto (Madrid, 2019).
Gerakan tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), dan ketidakadilan ekonomi yang meluas di Indonesia. Melalui demonstrasi yang terorganisir dengan baik, mahasiswa berhasil mendorong perubahan besar dalam sistem politik Indonesia, termasuk pengunduran diri Soeharto dan dimulainya era reformasi.
Universitas sebagai Pengontrol Kebijakan Sosial
Selain sebagai pengkritik sosial, universitas juga berperan sebagai pengontrol sosial melalui penelitian dan kajian ilmiah. Data dan analisis yang dihasilkan oleh universitas membantu pemerintah dan lembaga lainnya dalam membuat kebijakan yang lebih baik dan berdasarkan bukti ilmiah.
Contohnya, dalam masalah perubahan iklim, banyak universitas, di antaranya Harvard dan Oxford, yang melakukan penelitian mendalam mengenai dampak lingkungan. Hasilnya berupa data yang digunakan oleh badan internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dalam merumuskan kebijakan global. Misalnya selama pandemi COVID-19, universitas berperan besar dalam melakukan riset tentang virus, vaksin, dan dampaknya pada masyarakat. Temuan ilmiah ini membantu pemerintah di berbagai negara untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang lebih efektif (Moreland, 2023).
Tantangan dalam Menjalankan Kritik dan Kontrol Sosial
Namun, peran universitas dalam kritik dan kontrol sosial tidak selalu berjalan lancar. Di beberapa negara, universitas menghadapi tekanan dari pemerintah atau korporasi yang mencoba membatasi kebebasan akademik. Di negara-negara dengan sistem politik otoriter, mahasiswa atau dosen yang mengkritik pemerintah bisa menghadapi ancaman penjara atau hukuman lainnya. Hal ini mengurangi kemampuan universitas untuk menjalankan peran kritisnya secara bebas.
Selain itu, komersialisasi pendidikan tinggi juga menjadi tantangan besar. Fokus pada profitabilitas membuat universitas lebih mementingkan prestise dan pendapatan daripada tanggung jawab sosial. Biaya kuliah yang tinggi dan fokus pada peringkat internasional bisa mengurangi dukungan untuk penelitian yang mendorong perubahan sosial (Persson, 2023).
Masa Depan Universitas sebagai Agen Kritik dan Kontrol Sosial
Meski ada tantangan, universitas masih memiliki potensi besar untuk terus menjalankan perannya dalam kritik dan kontrol sosial. Kemajuan teknologi digital memungkinkan diskusi yang lebih terbuka dan akses pendidikan yang lebih luas. Hal ini memberikan peluang bagi lebih banyak orang untuk terlibat dalam perdebatan isu-isu sosial dan tanggung jawab sosial. Dengan cara ini, universitas tidak hanya melahirkan mahasiswa atau lulusan yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang peran mereka dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik (Pellizzato, 2024).
Kesimpulan
Universitas berperan penting sebagai pengkritik dan pengontrol sosial dalam masyarakat. Melalui pemikiran kritis, gerakan mahasiswa, dan penelitian ilmiah universitas menjadi tempat lahirnya ide-ide baru dan pengawasan terhadap kebijakan sosial. Meskipun ada tantangan seperti tekanan politik dan komersialisasi, universitas tetap menjadi kekuatan yang dapat mendorong perubahan sosial. Dengan terus mendukung kebebasan akademik dan memberikan akses yang lebih luas, universitas akan terus berperan dalam membentuk masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan di masa depan.
Bibliografi
James, Ethan. (2024). “An Examination of the Impact of Certain Factors on University Protests Against the Vietnam War Protests Against the Vietnam War”. Denison University Summer Scholars.
Madrid, Robin. (2019). “Islamic Students in The Indonesian Student Movement, 1998–1999: Forces for Moderation”. Critical Asian Studies. Vol. 31 (3).
Moreland, Sarah, et.al. (2023). “COVID-19 Prevention at Institutions of Higher Education, United States, 2020-2021: Implementation of Nonpharmaceutical Interventions”, BMC Public Health, Vol. 23 (1).
Pellizzato, Giulia. (2024). “Education for a New Global Civilization”. Critical Hermeneutics. Vol. 8 (1).
Persson, Christel, Daniel Einarson, and Maria Melen. (2023). “Educating the Educators to be A Driving Force in Higher Education Towards Sustainable Development”. International Journal of Sustainability in Higher Education. Vol. 24 (9).