Infotainment

Sukses Film Pertama, Pemuda Asal BMR Ini Bakal Rilis Film Kedua di Gorontalo

×

Sukses Film Pertama, Pemuda Asal BMR Ini Bakal Rilis Film Kedua di Gorontalo

Sebarkan artikel ini

SATUBMR, KOTAMOBAGU– Belakangan ini di media sosial khususnya para pengguna youtube diramaikan dengan video film pendek karya anak Bolaang Mongondow Raya (BMR). Film ini kreasi anak muda yang tergabung dalam rumah produksi Motobatu Project.

Sukses dengan film berjudul ‘Lalu Lintas Tak Lalu Lantas’, hingga 21 ribu kali ditonton, kini anak muda asal BMR yang rata – rata menimba ilmu di Gorontalo ini, terus menggali potensi mereka di bidang cinematography, dengan membuat film pendek kedua mereka.

Diketahui tanggal 25 Agustus ini,  mereka kembali merilis projeck film pendek yang berjudul “KORDINASI”. Film pendek ini menceritakan tentang perjuangan, romantisme, hingga lika liku kehidupan para koster (anak kost) di perantauan.

“Kami berharap pada project film pendek kedua ini, bisa memberikan virus positif, menginspirasi, memberikan semangat, serta edukasi pada banyak orang, terutama pada para koster (anak kost) di perantauan,” ungkap Ayon sebagai script writer dalam film pendek tersebut.

Di sisi lain Ketua Ikatan Seniman Totabuan (IKASTO) Chairul Ahmad Luli mengapresiasi karya para pemuda ini. Menurutnya karya yang positif dapat memacu dan memicu semangat kaula muda untuk mengembangkan bakat.

“Semoga kedepan Motobatu Project semakin baik, dalam berbagi gagasan lewat film, dan selalu berkarya positif untuk memacu semangat anak muda dalam berkarya,” katanya.

Sementara itu Direct Of Photography (DOP) Ahmad Manangin menjelaskan, di film Kordinasi yang digarap langsung oleh Motobatu Project. berusaha menampilkan kisah kami mahasiswa perantauan yang khususnya berada di Gorontalo.

“Film pendek ini berseri komedi, namun tidak melupakan nilai – nilai lokalitas dan punya pesan positif. Pembuatan film Kordinasi ini memakan waktu sekitar 4 hari syuting, dan 3 hari editing. Sarana film merupakan bentuk dari visualisasi dari pada hasil belajar kami di Gorontalo dan dibentuk dalam sebuah karya untuk daerah,” tutup Ahmad Manangin.


 

Ris Mokodompit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *