Hendra: Pihak RSUD Kotamobagu Lalai Tangani Istriku

SATUBMR, DUMOGA – Karangan bunga masih terpasang di rumah duka almarhum Eka Christi Pangalerang (34) di Dusun 2, Desa Kanaan, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow, Senin (17/2/2020). Beberapa orang kerabat almarhum tampak sedang duduk di dalam rumah. Masih tampak rasa kehilangan dari wajah mereka.

Pun demikian dengan sang suami, Hendra Datu (36). Istrinya harus meregang nyawa setelah melahirkan anak ke tiga di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kotamobagu usai menjalani operasi caesar, Jumat (14/2/2020).

Saat diwawancarai beberapa jurnalis tv dan media siber yang datang, Hendra menyesalkan pelayanan yang tidak maksimal oleh rumah sakit.

Sambil memegangi foto sang istri, Dia menceritakan sebenarnya tidak mau membawa Istrinya melahirkan di RSUD Kotamobagu karena sudah banyak cerita pelayanan yang kurang baik. Akan tetapi, melihat dari tampilan yang megah, akhirnya pihak keluarga memutuskan melahirkan di sana.

Kata Hendra, Jumat pagi, pihak keluarga membawa sang Istri ke rumah sakit tersebut untuk menjalani operasi melahirkan anak ke tiga. Pada pukul 14.00 WITA, istrinya masuk ke ruang operasi ditangani dokter Sitti Korompot. Setelah operasi caesar, pukul 16.OO WITA, Istrinya dipindahkan ke ruang perawatan.

Baca Juga:   Camat Dumoga Utara: Sempat Ditolak, Namun Pemakaman PDP Asal Mopuya Utara Dilakukan Sore Tadi

“Saat itu Saya bersyukur karena anak dan istri selamat. Anak lahir jenis kelamin perempuan dalam keadaan sehat, begitu juga dengan istri sudah bisa berkomunikasi dengan lancar” tukas Hendra.

Namun, pada pukul 18.00 WITA, sang istri mulai mengeluhkan sakit di bagian perut dan alami sesak nafas. Istrinya meminta agar dipanggilkan perawat atau dokter untuk segera menangani rasa sakit tersebut.

Hendra pun langsung menghubungi perawat yang tidak jauh dari ruangan. Namun, jawaban dari perawat, kondisi itu biasa bagi pasien operasi. Karena rasa sakit sudah tidak tertahankan, Hendra bahkan berkali-kali mengeluhkan keadaan tersebut ke perawat, namun jawaban sama dia dapatkan.

“Saat itu Istri saya meminta penanganan dokter yang lakukan operasi, termasuk meminta agar dipasang oksigen karena mulai sesak napas. Namun, perawat mengaku tidak bisa memasang oksigen dan beralasan penanganan akan ada tiap enam jam,” tutur Hendra.

Pukul 20.00 WITA, kondisi Eka mulai gawat, bahkan mulutnya mulai miring dan tidak sadarkan diri. Saat itulah baru ada penanganan dari perawat. Bahkan perawat meminta ijin pihak keluarga untuk menggunakan alat pompa pernapasan dan alat kejut.

Baca Juga:   Ini Instruksi Wawali Nayodo Koerniawan Kepada RS Kotamobagu

“Saya teriak dengan keras meminta pertanggung jawaban dari dokter dan pihak rumah sakit. Namun sayang, pertolongan sudah terlambat. Istriku sudah dinyatakan meninggal dunia. Saya sangat kecewa. Saya terpukul dengan kejadian ini,” ujar Hendra sambil meneteskan air mata.

“Kami gunakan BPJS kelas 3. Saat itu saya katakan, jika memang harus bayar mahal tidak apa-apa asalkan nyawa istriku tertolong. Tapi, pihak rumah sakit mengabaikan keluhan saya. Mana tanggung jawab pihak rumah sakit,” kata Hendra dengan nada marah.

Menurutnya, jika memang pelayanan sudah maksimal, keluarga pasrah, akan tetapi ada kelalaian dari pihak RSUD Kotamobagu.

https://satubmr.com/yusrin-pihak-rsud-kotamobagu-sedang-lakukan-investigasi/

Jenasah almarhum Eka telah dimakamkan hari Minggu (16/2/2020) di pekuburan umum di Desa Kanaan. Sementara itu, anak yang baru dilahirkan almarhum saat ini dalam keadaan sehat.

“Anak itu diberi nama Valentine Datu, karena dilahirkan saat hari valentine. Untuk sementara sedang di rawat di rumah sebelah” ujar Pendeta Recky Kolopita.

Jhay Yambat/DiBa

Related Articles

Close