SATUBMR.COM- Munculnya penyakit ataupun virus yang kita sebut Covid-19 sejak tahun 2019 silam, hingga saat ini pemerintah belum ada pernyataan bahwa kita sudah terbebas dari virus yang sudah merenggut nyawa jutaan manusia yang ada di dunia.
Namun ada-ada saja hoaks yang bermunculan, antara lain yakni hoaks tentang penggunaan vaksin ataupun gejala yang akan terjadi kepada pasien ataupun masyarakat yang sudah di vaksin.
Hoaks atau berita bohong yang dilansir dari Cekfakta.com antara lain:
1-Hoaks Darah Orang yang Sudah Divaksin COVID-19 Tidak Sehat.
Klaim tentang darah orang yang sudah divaksin COVID-19 menjadi tidak sehat beredar di media sosial. Klaim tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 24 November 2021
wanita yang diklaim sebagai dokter, yakni Zandre Botha.
Dia menyebut bahwa darah orang yang sudah divaksin COVID-19 mengalami perubahan dan menjadi rusak. Dia mengatakan bahwa darah orang yang sudah divaksin darahnya rusak tak karuan.
klaim tentang darah orang yang sudah divaksin COVID-19 menjadi tidak sehat dan rusak. Penelusuran dilakukan dengan menghubungi Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi.
Menurut Nadia, klaim tentang darah orang yang sudah divaksin COVID-19 menjadi tidak sehat adalah hoaks.
“Ini hoax ya,” ungkap Nadia kepada Liputan6.com, Sabtu (27/11/2021).
Nadia menyebut, darah orang yang sudah divaksin COVID-19 justru memiliki antibodi yang dapat mencegah penularan virus corona.
“Jadi justru (darah orang yang sudah divaksin) punya antibodi,” ucap Nadia.
2-hoaks-warna-darah-orang-yang-sudah-divaksin-lebih-hitam.
Beredar Foto yang menampilkan perbandingan darah orang yang sudah dan belum divaksin, Dalam foto itu nampak darah orang yang sudah divaksin lebih gelap dibanding orang yang belum divaksin.
Dilansir dari Kompas.com, berdasarakan haril konfirmasi Tim Cek Fakta tidak benar vaksin bisa memengaruhi warna darah. Narasi tentang bahaya vaksinasi muncul di kalangan antivaksin, terutama di Amerika Serikat selama pandemi Covid-19. Bahaya vaksin dikaitkan dengan berbagai hal, termasuk darah.
Dokter dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP mengatakan bahwa itu hoaks.
“Hoaks, itu dari gerakan antivaksin. Di Amerika lebih dahsyat lagi,” kata Aru saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (8/1/2022).
Darah tampak merah karena hemoglobin yang terikat oksigen menyerap cahaya biru-hijau, akibatnya memantulkan warna merah-oranye yang ditangkap oleh mata manusia.
Adapun darah menjadi merah seperti buah ceri ketika oksigen mengikat zat besi. Tanpa adanya oksigen dalam darah, maka darah akan berubah warna menjadi lebih gelap. Aru mengatakan, darah seseorang bisa jadi lebih gelap karena kadar karbon dioksida (CO2) yang ada dalam tubuhnya.
“Darah gelap itu karena kadar CO2, akibat metabolisme tubuh. Wajar dan normal,” ungkap Aru.
Informasi yang menyebut darah orang yang sudah divaksin lebih hitam adalah hoaks. Vaksin tidak memengaruhi warna darah.
3-hoaks-video-sebut-darah-mengental-karena-divaksin-astrazeneca-2-kali?
Sebuah cuitan di salah satu akun facebook dan dan juga ada narasi yang menyebutkan bahwa yang sudah di vaksin sebanyak dua kali dengan jenis vaksin astrazeneca daranya akan membeku.
Dari hasi penelusuran tim cekfakta Kompas.com bahwa apa yang disampaikan dalam cuitan dan narasi dalam video adalah hoaks.
Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto menegaskan, klaim yang disampaikan melalui video tersebut tidak benar atau hoaks.
“Secara ringkas, video itu tidak benar. Sudah sekian banyak juta penerima vaksin AstraZeneca,” kata Tonang pada Kompas.com, Sabtu (20/11/2021).
Tonang menjelaskan, darah dapat mengental atau membeku secara alami bila berada di luar tubuh.
Senada dengan Tonang, Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Bayu Satria Wiratama mengatakan, darah yang berada di luar tubuh akan mengalami pembekuan.
Selain itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa klaim dalam video tersebut tidak benar (hoaks).
“Enggak lah jelas hoaks. Kan organ setelah vaksin tetap bisa donor dan tidak ada masalah,” kata Siti saat dihubungi Kompas.com Sabtu (20/11/2021).
4-Salah-vaksin-covid-19-dapat-sebabkan-aids-sampai-cacar-monyet.
Salah satu akun di Twitter menyebarkan narasi bahwa cacar monyet adalah propaganda menutupi efek samping vaksin Covid-19 atau KIPI vaksin mRNA.
Monkey pox atau cacar monyet itu adalah propaganda guna nutupin KIPI vaksin karena Antibody Dependent Enhancement vaksin M-Rna. Ini adalah penyakit kulit kelamin HIV AIDS disebabkan oleh vaksin cuma casingnya beda aja.
Jangan mau ditipu. Kalo masih pureblood, you aman
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa cacar monyet bukanlah efek samping dari vaksin mRNA dan bukan pula penyakit kelamin HIV/AIDS.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), cacar monyet disebabkan oleh virus cacar monyet anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.
Ini adalah jenis virus zoonosis atau virus yang ditularkan ke
manusia dari hewan. Hewan inangnya adalah berbagai hewan pengerat dan primata non-manusia.
Dikutip dari USA Today, Spesialis Penyakit Menular di Yale Medicine Dr. Scott Roberts mengatakan, cacar monyet bukan efek samping dari vaksin Covid-19 atau vaksin lainnya. Tidak ada bukti dari studi klinis untuk mendukung klaim ini.
Menurut Roberts, vaksin Covid-19 tidak mengandung virus hidup atau DNA virus cacar monyet yang dapat menularkan penyakit pada seseorang.
Menurut WHO, HIV disebabkan oleh virus human immunodeficiency yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel darah putih yang disebut sel CD4.
HIV menghancurkan sel CD4 ini, melemahkan kekebalan seseorang terhadap infeksi seperti tuberkulosis dan infeksi jamur, infeksi bakteri parah dan beberapa jenis kanker.
Sedangkan AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh rusak parah karena virus. Dengan demikian jelas ada perbedaan dari jenis virus yang menginfeksi.
Selain itu HIV/AIDS juga tidak disebabkan oleh vaksin Covid-19, sebagaimana yang pernah dibantah oleh Tempo pada Juli 2022. Vaksin Covid-19 tidak mengandung HIV, sehingga tidak mungkin dapat menyebabkan infeksi HIV atau AIDS.
Berdasarkan pemeriksaan narasi yang diunggah akun Twitter di atas, Tempo menyimpulkan, narasi cacar monyet adalah efek samping vaksin mRNA dan sama dengan HIV/AIDS adalah Keliru.
Saat adanya virus tersebut tentunya membuat gempar seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, ada berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Baik dilarang bepergian, menjaga jarak, cuci tangan, mengunakan masker dilarang berkerumun.
Jhay Yambat