BolselTerkini

Upaya Warga Molibagu Selamatkan Maleo di Penangkaran Batumanangis

×

Upaya Warga Molibagu Selamatkan Maleo di Penangkaran Batumanangis

Sebarkan artikel ini
Kelompok Modaga no Suagge saat menanam telur maleo di Penangkaran Batumanagis Molibagu. Foto Istimewa

SATUBMR,BOLSEL – Aksi nyata warga Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) Sulawesi Utara, menyelamatkan burung Maleo atau Tuanggoi (Mongondow), Suangge (Bolango) patut diapresiasi.

Kelompok masyarakat tani di Desa Molibagu, Kecamatan Bolang Uki yang tergabung dalam kelompok Modaga No Suagge (Penyelamat burung maleo) mulai mengumpulkan telur maleo yang tersebar di daerah tesebut.

Kelompok ini mulai melakukan aktifitas penyelamatan sejak 2017 dengan jumlah personil 23 orang. Mereka merupakan kelompok masyarakat tani hutan di kawasan penyangga Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) Resor Pantai Selatan.

Menurut Kepala Resort Pantai Selatan, Asep Solihin, kelompok binaannya ini dikukuhkan pada Juli 2018. Mereka teratur mengumpulkan telur maleo pada September hingga November 2018 bekerjasama dengan EPASS TNBNW dan KPHP Wilayah II Resort Bolaang UKI Posigadan.

“Sedikitnya 23 telur maleo sudah ditanam di lokasi pengeraman. Saat ini telur-telur tersebut sedang menunggu menetas. Kita doakan saja semua telur yang ada bisa memberikan hasil yang maksimal,” ujar Solihin.

Asep Solihin di lokasi penangkaran Batumanangis. (Foto Istimewa)

Telur maleo tersebut ditempatkan di lokasi pengeraman darurat dengan memperhatikan suhu agar telur tidak rusak. Biasanya, proses pengeraman selama 60 hari dengan suhu 34 derajat. Pengeraman maleo unik karena dengan alam.

Menurutnya, daerah tersebut merupakan populasi burung maleo. Ini dibuktikan dengan telur yang berhasil dikumpulkan oleh warga.

Asep yang sudah 31 tahun bekerja di Balai TNBNW ini mengaku, akan terus menjaga daerah tersebut bersama warga, agar keberlangsungan burung maleo tetap terjaga.

Tantangan terbesar dari tim adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada warga agar ikut menjaga burung maleo. Di tahun 1980-1990, telur burung maleo banyak ditemukan dirumah-rumah penduduk. Bahkan ada yang diperjual-belikan. Tapi saat ini warga sudah mulai sadar bahwa burung tersebut dilindungi karena populasinya yang mulai berkurang.

Tempat pengeraman darurat telur maleo di Batumanangis. (Foto Istimewa)

Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon.

Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang.Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam.

Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam.

Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan. Maleo Senkawor adalah monogami spesies.

 

Reporter: Jhay Yambat

Editor: DiBa