SATUBMR,BOLSEL – Upaya pelestarian habitat burung maleo di Kawasan Konservasi Batu Manangis Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, terus digemakan. Tokoh masyarakat dan generasi muda terlibat dalam pelestarian ini.
Selasa (5/2/2019) kemarin, Ketua Pengadilan Agama (PA) Bolaang Mongondow Selatan bersama Tokoh Masyarakat Adat dan Mahasiswa STIMIK Ikhsan Gorontalo, melepasliarkan burung maleo di habitat Modaga No Suangge NATO, kelompok binaan Resort Pantai Selatan, Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (BTNBNW) dan KPHP Resort Balaang Uki.
Masing-masing melepas anakan maleo memberikan nama anak asuhnya. Ketua PA Bolsel anak asuhnya diberi nama Wareng, Hi Z. Masih Ointu anak asuhnya diberi nama Mokorobong Suangge, Narjem Gobel anak asuhnya Beyangkasi , Emil Salim Mane anak asuhnya Natu Damba, dan Pijei Mulyadi anak asuhnya Ikhsan Lipu’u.
Ketua PA Bolsel, Nadimin S.Ag, mengatakan, kegiatan tersebut sangat membahagiakan karena baru pertamakali bisa bertemu dan terlibat langsung dalam komunitas pelestarian burung maleo di koservasi maleo di Batu Managis.
“Sebuah aktifitas yang sangat terpuji lahir dari kesadaran akan pelestarian burung maleo yang terancam punah. Sebagai warga negara Indonesia yang kaya akan ragam hayati flora dan fauna, sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat saling dukung. Sukur bisa terlibat langsung dalam menjaga kelestarian flora dan fauna kita, agar anak cucu kita ke depan bisa menyaksikan langsung bukan hanya tinggal cerita dan foto fotonya saja,’ ujar Nadimin.
Menurutnya, agar program pelestarian burung maleo yang dipelopori taman nasional ini berjalan dengan baik, tentunya tidak lepas juga dari biaya. Oleh sebab itu para pemegang kekuasaan juga harus pikirkan akan kesejahteraan mereka yang mengabdikan diri untuk pemeliharaan koservasi maleo.
“Pelestarian flora dan fauna bukan hanya tanggungjawab pemerintah tetapi tanggungjawab kita semua sesuai kapasitas kita masing. Kalau belum bisa bantu langsung minimal jangan merusaknya,” imbaunya.
Sementara itu, mahasiswa STIMIK ikhsan Gorontalo Pijei Mulyadi mengatakan, mahasiswa STIMIK ikhsan Gorontalo akan membantu mensosialisasikan kepada masyarakat agar tidak menangkap dan memperjual belikan satwa-satwa yang dilindungi.
“Maleo sebagai salah satu hewan yang tidak ada di negara lain di dunia. Dengan lestarinya maleo, maka generasi muda akan datang akan mengenal hewan langka di Bolaang Mongondow Raya Sulawesi,” ujar Pijey.
Pelepasan anak burung maleo tersebut, setidaknya 15 ekor dilepasliarkan. “Saat ini masih ada 5 ekor di hachery menunggu siapa lagi bapak asuh-nya dan telur yang ada di hachery sekarang 64 butir menunggu kapan lagi akan menetas,”ujar Asep Solihin, Kepala Resort BTNBNW Bolaang Mongondow Selatan.
Editor: Supardi Bado