Kotamobagu

Jejak Kebersamaan dan Tawa di Balik Perpisahan Letkol Inf. Fahmil Haris

×

Jejak Kebersamaan dan Tawa di Balik Perpisahan Letkol Inf. Fahmil Haris

Sebarkan artikel ini

KOTAMOBAGU, SATUBMR.COM — Pagi itu, suasana di Markas Kodim 1303 Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu, tempat berlangsungnya acara Kenal Pamit Dandim 1303/Bolmong terasa berbeda, Jumat, (5/12/2025).

Bukan sekadar seremoni pergantian komando, melainkan perjumpaan hangat yang dipenuhi cerita, tawa, dan haru.

Di hadapan para prajurit, pejabat daerah, serta keluarga besar Kodim 1303/BM, Letkol Inf. Fahmil Haris SIP, menyampaikan pesan dan kesan yang merekam perjalanan panjangnya selama 2 tahun, 1 bulan, dan 16 hari memimpin Kodim.

Bukan waktu yang singkat. Namun dengan nada ringan, Fahmil membuka sambutannya dengan senyum yang menular ke seluruh tamu undangan.

“Waktu itu terasa cepat sekali,” katanya. “Seperti baru kemarin dilantik, baru kemarin serah terima dengan Bang Topan. Tahu-tahu sekarang sudah digantikan junior saya, Pak Lomo.” ucapnya.

Kalimat itu, sederhana tapi jujur, memantik tawa hangat dari mereka yang hadir. Ada nostalgia, ada rasa bangga, dan ada ketulusan seorang pemimpin yang merasakan betapa kebersamaan membuat waktu berjalan lebih cepat dari yang dirasakannya.

Selama memimpin Kodim 1303/BM yang menaungi wilayah Bolmong Raya, Fahmil tidak menutupi bahwa bentang geografis yang luas sering membuatnya tak mampu hadir sesering yang ia harapkan di beberapa daerah.

“Kalau ke Boltim atau Bolsel, jalannya luar biasa. Jadi kalau saya jarang kesana, bukan karena tidak mau, tapi karena memang wilayah kita menantang,” ujarnya sambil tersenyum.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa komunikasi dan kerja sama tetap berjalan baik.

Baginya, hubungan yang terjaga jauh lebih penting daripada seberapa sering langkah kaki sampai ke setiap sudut wilayah.

Salah satu bagian paling mencuri perhatian adalah kisah uniknya bersama Letkol Inf. Manashe Lomo, pejabat yang kini menggantikannya.

“Sebelum saya ke Manado, saya sempat dinas di Pussenif. Begitu saya mau keluar, beliau masuk. Rumah dinas saya ditempati beliau. Dan sekarang, di Kotamobagu, rumah dinas saya ditempati beliau lagi. Dua kali saya diikuti terus,” katanya sambil tertawa.

Kerabat, prajurit, dan tamu undangan ikut tertawa. Candaan ringan itu membuka sisi lain dari hubungan dua perwira, bukan hanya hubungan kerja, tetapi persahabatan panjang yang berjalan seiring waktu.

Dalam nada yang lebih emosional, Fahmil menyampaikan rasa bangga kepada prajurit Kodim 1303/BM.

“Mereka prajurit hebat, tangguh, bermental baja. Setiap event, mereka selalu tampil dengan semangat dan berhasil. Ibu-ibu Persit pun begitu, selalu juara, padahal kadang tidak pernah latihan,” ujarnya.

Ia juga mengenang momen-momen saat dirinya marah demi mendisiplinkan pasukan, namun prajurit tetap berdiri teguh menjalankan tugas.

“Saya bangga. Tanpa kalian saya bukan apa-apa. Tanpa kalian Kodim ini bukan apa-apa,” ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar.

Sementara itu, tak lupa, Fahmil menyinggung pengalamannya menangani wilayah rawan seperti Domoga.

Tantangan keamanan yang kompleks justru meninggalkan pelajaran berharga.

Selama masa tugasnya, hanya dua kali terjadi keributan di awal masa jabatannya. Selebihnya, Domoga tetap aman.

“Sampai saya kangen, kapan ribut,” candanya, lagi-lagi disambut gelak tawa.

Ia pun menceritakan bagaimana dirinya harus tidur di rumah warga, menempuh jalur panjang menggunakan motor hingga larut malam demi memastikan stabilitas tetap terjaga.

Rangkaian cerita, tawa, apresiasi, dan ungkapan maaf itu akhirnya menaut pada momen pamit. Letkol Inf. Fahmil Haris akan mengemban amanah baru sebagai Wakil Asisten Intelijen Kasdam XIII/Merdeka.

“Tanpa doa dan dukungan rekan-rekan dan senior semua, mustahil saya menjalankan tugas ini dengan baik. Silaturahmi jangan putus. WA saja, telepon saja, atau ketemu saja,” ujarnya sambil tersenyum hangat.

Pagi di Kotamobagu mungkin telah berganti malam, namun kisah dan jejak pengabdiannya bagi Bolmong Raya tetap tertinggal

Bukan hanya di laporan kegiatan atau dokumentasi dinas, melainkan di hati mereka yang sempat bekerja bersamanya.

Acara itu bukan sekadar kenal pamit. Ia menjadi panggung kecil tempat seorang pemimpin menunjukkan bahwa ketegasan dan kelembutan bisa berjalan berdampingan, bahwa tawa dan haru bisa berdampingan dalam perpisahan yang indah.***