Kotamobagu

Lalai RSUD Kotamobagu Berujung Maut

×

Lalai RSUD Kotamobagu Berujung Maut

Sebarkan artikel ini
RSUD Kotamobagu

SATUBMR,KOTAMOBAGU – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kotamobagu, Rabu (19/2/2020) memanggil manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dalam rapat dengar pendapat (RDP) atau hearing.

Dalam hearing tersebut, DPRD melalui Wakil Ketua, Syarif Mokodongan, mempertanyakan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan pasien di RSUD. Dalam kesempatan itu, Manajemen yang dihadiri langsung Direktur, dr Sandra Pontoh dan dr Siti Korompot serta bidan yang menangani pasien saat itu.

DPRD Saat memanggil Manajemen RSUD Kotamobagu. Foto Satubmr.com

Sayangnya, hearing tersebut dilakukan tertutup bagi umum. Jurnalis yang ingin mengikuti hearing tidak bisa mengulik informasi lebih jauh. Terdengar dari luar, DPRD hanya memberikan ‘ceramah’ soal pelayanan yang harus dilakukan pihak RSUD.

Manajemen RSUD Membantah

Dokter Sandra Pontoh, diwawancarai usai hearing menjelaskan, penanganan pasien meninggal atas nama Eka Christy Pangalerang (34), sudah sesuai. Bahkan menurut Sandra, permintaan oksigen telah dilakukan. “Oksigen sudah diberikan,” ujarnya.

Pernyataan dari Dirut RSUD ini, tidak sama seperti yang dikatakan oleh suami korban bernama Hendra Datu (36). Menurut Hendra, permintaan oksigen dua jam sejak ada keluhan.

“Waktu itu saya teriak, dokter tolong istri saya. Kondisinya semakin lemah, berapa-pun saya bayar,” ujar Hendra. Dokter datang ketika mulut istrinya mulai miring dan tak sadarkan diri. “Pertolongan mereka lakukan ketika Eka sudah tak sadarkan diri. Sudah terlambat,” pungkasnya sambil meneteskan air mata.

Respon DPRD

Sementara itu, Syarif Mokodongan dan beberapa anggota DPRD yang hadir ketika diwawancarai sejumlah jurnalis, mewacanakan pembentukan pansus terkait masalah ini. “Kami masih membicarakan lagi, apakah akan dibentuk pansus atau tidak,” kata politisi Nasdem Kotamobagu ini.

Diketahui, kasus kematian dari pasien operasi caesar ini mencuat setelah ada postingan dari keluarga terkait kematian Eka Christi Pangalerang asal Desa Kanaan, Dumoga, Bolmong.

Eka menjalani operasi di RSUD, Jumat (14/2/2020) pukul 14.00 Wita oleh dokter Siti Korompot. Pukul 16.00 Wita, pasien dipindahkan ke ruang perawatan dalam kondisi ibu dan bayi perempuan sehat. “Saya sempat komunikasi dengan Eka, kondisinya baik-baik,” tukas Pendeta Recky.

Pukul 18.00 Wita, almarhum mulai mengeluhkan sakit di bagian perut dan alami sesak nafas. Keluarga bahkan bolak-balik meminta pertolongan, namun jawaban petugas yang ditenggarai hanya mahasiswa itu biasa dan akan mendapat penanganan setelah enam jam.

Bahkan, permintaan oksigen dari pasien dan keluarga tidak dilayani. Tepat pukul 20.00 Wita, pasien tak sadarkan diri. Saat itu pihak RSUD langsung menggunakan alat bantu pernafasan dan menggunakan alat kejut jantung. Namun sayang, ibu tiga anak itu meregang nyawa.

SOP yang dimiliki RSUD Kotamobagu, Nomor 440/RSUD-KK/248/7/2019, tentang Standar Prosedur Operasional, disitu tertuang dengan jelas, beri oksigen sesuai program dan indikasi. Namun, itu diabaikan dengan alasan belum ada perintah dokter.

Saat ini, kasus demi kasus mulai bermunculan. Redaksi satubmr menerima beberapa keluhan pelayanan RSUD. Kasusnya hampir serupa.

Tampilan Luar Biasa, Pelayanan Buruk

Hendra Datu, Suami korban menuturkan, sebenarnya sejak awal mereka tidak ingin ke RSUD Kotamobagu, karena banyak gonjang-ganjing pelayanan buruk. Namun, karena mereka melihat tampilan RS yang mewah, akhirnya mereka meyakinkan diri memilih RSUD Kotamobagu untuk operasi melahirkan sang istri. Sayang, harapan Hendra dan almarhum Istrinya tak terwujud.

Pemerintah Kota Kotamobagu, melalui Wali Kota Ir Tatong Bara dan Nayodo Koerniawan SH, bahkan berkantor selama sepekan di RSUD untuk mengawasi penyelenggaraan di sana. Namun, niat baik pemimpin Kotamobagu ini, tidak dipanuti bawahan. Pesan dari pimpinan agar memberi pelayanan maksimal, terkesan hanya lip service bagi bawahan.

Sumber PAD

RSUD Kotamobagu menopang peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di tahun 2019. Jika pelayanan dimaksimalkan, bukan tidak mungkin, RS ini bakal menjadi tempat rujukan bagi seluruh daerah. Dengan demikian, pelayanan publik seperti visi misi TB-NK bisa terwujud. Pun dengan PAD pasti terdogkrak. Rakyat Bolaang Mongondow Raya saat ini mengimpikan rumah sakit yang dekat, tanpa harus ke Manado.

Semoga, kematian Eka Christy Pangelerang, bisa menjadi kasus terakhir karena buruknya pelayanan di RSUD Kotamobagu. Itu disampaikan Hendra Datu, ayah dari bayi cantik bernama Valentine Datu. Valentine tidak sempat merasakan sentuhan dan timangan kasih sayang sang bunda yang telah pergi jauh meninggalkannya, untuk selama-lamanya.

DiBa