Sajad, Kader HMI Manado Dimakamkan Hari ini

SATUBMR, SOSOK – Jenasah almarhum Sajad (24), warga Afghanistan, penghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado yang meninggal Rabu (13/2) karena bakar diri, dimakamkan hari ini, Kamis (14/2/2019).

Pemakaman Sajad dilaksanakan di Pekuburan Kelurahan Malendeng, Tikala. Pantauan satubmr.com, pemakaman dihadiri ratusan pelayat dari alumni, Dosen dan Mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi Manado.

Beberapa teman dekat almarhum tak kuasa menahan tangis saat jenazah dimasukan ke liang lahat. Menurut rekan-rekannya, sosok Sajad adalah teman paling baik selama di kampus.

Pradi Supanji Umamit, rekan seangkatan dari Sajad mengungkapkan, kaget dan sedih dengan meninggalnya Sajad. “Kami berdua masuk Fakultas Teknik, Jurusan Informatika sama-sama, dan 2018 kemarin, kami wisudah sama-sama,” tukasnya.

Jenasah Sajad saat akan dibawa ke pemakaman Malendeng, Tikala Manado

Pradi mengungkapkan, memang beberapa hari terakhir ini rekan seangkatan sedang sibuk merawat almarhum di rumah sakit. Untuk membeli perban, mereka patungan. Bahkan secara bergantian menjaga almarhum.

Sajad meninggal dunia karena luka saat melakukan aksi bakar diri bersama Muhammad Rahim (60) pamannya, 5 Februari lalu. Menurut Pradi, Sajad dan keluarganya memang sudah sembilan tahun tinggal di Denteni Manado sebagai tahanan UNHCR-PBB. Mereka protes dengan bakar diri karena status mereka tidak jelas.

Baca Juga:   RIP Sajad, Perjuangan Imigran Afghanistan yang Berakhir Pilu

“Sajad sering cerita perjalanan mereka sampai di Manado. Mereka sekeluarga memilih keluar Afghanistan karena konflik berkecamuk di sana. Mereka memutuskan mencari suaka di Australia tahun 2000. Namun, mereka terdampar di Sumbawa Indonesia. Sebelas tahun mereka di Sumbawa, kemudian dipindah ke Rudenim Manado tahun 2011 sampai dengan sekarang. Untuk hidup dan kuliah di Manado, almarhum bekerja di IT Center sebagai tukang service handphone,” ujar Pradi.

Baca Juga:   RIP Sajad, Perjuangan Imigran Afghanistan yang Berakhir Pilu

Dia menambahkan, almarhum semasa kuliah pernah ikut pengakaderan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dipo Cabang Manado, sebagai pengurus Komisariat Fakultas Teknik dan aktif di kegiatan organisasi.

“Terus terang kami merasa kehilangan dengan kepergian dari almarhum. Puluhan tahun hidup mereka hanya di tempat seperti itu tanpa ada kepastian. Harusnya UNHCR-PBB memberikan solusi terbaik bagi keluarga mereka,” tutup Pradi.

Sementara itu, kerabat almarhum bernama Ali warga Afghanistan diwawancarai setelah penguburan, mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga Indonesia.

“Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan Mahasiswa, Dosen dan Alumni Unsrat Manado dan masyarakat Indonesia yang telah membantu kami. Kami tidak sendiri, mereka membantu menguburkan Sajad. Pengurusan jenasah dilaksanakan dengan baik,” ujar Ali yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Unsrat Manado.

Editor: Supardi Bado

Related Articles

Close