Terkini

Demi Gaya Hidup Rela Jadi Pemuas Seks Pria Hidung Belang

×

Demi Gaya Hidup Rela Jadi Pemuas Seks Pria Hidung Belang

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

SATUBMR, – Pekerjaan sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) tentu tidak diinginkan oleh siapapun. Ketatnya norma agama yang diajarkan di luar maupun di lingkungan sekolah, tak mampu membendung seseorang untuk mejajahkan tubuh, apalagi jika bicara soal isi perut dan kebutuhan gaya hidup (life style).

Kami mencoba menelusuri kehidupan dan cerita para PSK di Kotamobagu, meskipun, para gadis ini menolak disebut sebagai PSK, apalagi di daerah ini tidak ada lokalisasi khusus seperti Tenda Biru di Kota Bitung.

Di Kotamobagu, para gadis ini cenderung tertutup dan untuk mendapatkan layanan seks-pun tidak terbuka, melainkan harus melalui mucikari yang biasa nongkrong di beberapa hotel.

Untuk mendapatkan bokingan, selain face to face, saat ini sedang tren layanan aplikasi seks berbasis android bernama Bee Talk, hanya dengan download via play store, anda bisa mendapatkan gadis pemuas nafsu. Kami mencoba download aplikasi ini, dan ternyata benar, di Kotamobagu, banyak tersedia gadis-gadis yang siap menjajakan diri.

Harganya-pun variatif, dari Rp500 ribu, hingga Rp1 Juta rupiah untuk sekali BO (Booking Out). BO adalah istilah chat kencan seks. Biasanya, chat di aplikasi tersebut, para PSK minta dijemput atau memang standbye di kamar-kamar hotel.

Di salah satu hotel pusat kota, kami mencoba pura-pura jadi pelanggan, dan ternyata benar, hotel tersebut menyediakan jasa PSK. Tapi, para PSK harus dijemput di tempat kos.

Malam itu, sekira pukul 12.00 WITA, kami diperkenalkan dengan PSK yang terbilang masih belia, sebut saja Bunga nama samarannya. Bunga diperkirakan pendatang baru. Dari gaya bicaranya ceplas-ceplos dan apa adanya.

“500 Ribu K, untuk sekali kencan ST (short time). Atau bisa juga kita sambil minum (Miras),”ujarnya. Bunga bercerita, dia masih sekolah di salah satu SMU di Kotamobagu, keluarganya tidak tahu aktifitasnya dimalam hari.

Bunga mengaku, kedua orang tuanya telah pisah (Broken home). Bunga mengaku bisa membiayai sekolah dan kos-kosan dari pemberian lelaki hidung belang yang menikmati tubuhnya. “Sesekali saya dapat kiriman uang dari nenek di kampung,”ujarnya.

Dia menceritakan, awal berkenalan dengan dunia seks dari sang pacar yang menurutnya hingga kini masih setia bersamanya. Keinginan memiliki handphone mewah dan hura-hura bersama sang pacar, alasan utama menjajakan diri menurut gadis yang mengaku berumur 20 tahun itu.

Lain halnya dengan salah seorang gadis yang juga bisa di booking. Sebut saja namanya Melati (23). Gadis ini mengaku sedang kuliah di salah satu Akper, tapi Melati menolak menyebut lokasi sekolahnya. Dari foto profile media sosialnya, benar, Melati menggunakan seragam khas akper.

Melati menolak disebut sebagai PSK, karena Dia hanya melakukan aksi tersebut saat kepepet membayar kosan yang Ia tempati. “Ya jika biasa sekolah belum ada, bisa ditalangi dari uang yang kita dapat,”ujar Melati malu-malu.

Sudah jadi tren dan fakta. Kehidupan hedon para kaula muda, terutama gadis remaja, terkadang bisa menjerumuskan mereka di dunia hitam seperti ini. Bahkan, dengan cara apapun, termasuk menjadi pemuas nafsu seks lelaki, nekat mereka lakukan.

Risiko penyakit HIV AIDS akibat gonta-ganti pasangan-pun diabaikan hanya mengejar rupiah. Potret dari dua gadis tersebut hanya bagian kecil dari perilaku menyimpang dalam kehidupan malam di Kotamobagu. Data terakhir dari Dinas Kesehatan Kotamobagu, sertidaknya terdapat 72 penderita HIV/AIDS.

Jumlah tersebut yang terdata dan telah memeriksakan diri. Lantas bagaimana dengan mereka yang memiliki perilaku seks menyimpang dan tidak pernah memeriksakan diri? ini ancaman serius.

 

Indepth Reporting: Tim satubmr